18 Mei 2021

Mengendalikan Banjir Perkotaan (Part 1)

 Kerap terjadi banjir di perkotaan, membuat kita bertanya-tanya, apakah penyebabnya, mengapa belum juga teratasi padahal telah terpola bahwa hampir selalu muncul banjir 5 tahunan, 10 ataupun 20 tahunan. Studi tentang drainase telah banyak dan bermunculan sejak lama bahkan jurnal dan studi kasus bermunculan. Namun masalah masih berulang. Banjir atau genangan akibat curah hujan yang tinggi kerap muncul pada perkotaan, bahkan beberapa kota di Timur Indonesia (NTT,red) mengalami banjir karena Badai tropis seroja, Kelembaban udara, dan Kecepatan angin. 

Penyebab-Penyebab Banjir di Indonesia :

  1. Musim Penghujan : Indonesia memiliki dua musim, dimana musim penghujan beberapa tahun ini cukup panjang menjadikan beberapa daerah rutin terjadi banjir.
  2. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi, menjadi momok tersendiri Contoh : Prakiraan Curah Hujan Musim Kemarau di Jawa Timur lebih dari 80% di musim penghujan (bulan Oktober 2019-April 2020). Dengan rerata curah hujan tahunan 2000 mm. (BMKG, 2020)
  3. Penanganan banjir yang dilakukan masih secara sporadis dan lebih mengarah pada penanganan teknis infrastruktur daripada non-infrastruktur.
  4. Kelembaban Udara dan Cuaca ekstrim, kerap terjadi pada 10 tahun terakhir di Indonesia. 
  5. KAPASITAS SUNGAI/DRAINASE. Kapasitas Pengaliran Sungai dan Drainase Lingkungan tidak memadai.
  6. DAERAH TANGKAPAN AIR daerah tangkapan air yang berupa daerah permukiman dan perkotaan.
  7. ALIRAN TERHAMBAT, tidak lancarnya aliran drainase lingkungan dan drainase utama ke sungai karena sampah/sedimentasi.
  8. INTENSITAS HUJAN, intensitas hujan tinggi menyebabkan naiknya jumlah aliran permukaan akibat meningkatnya luasan daerah kedap air serta berkurangnya daerah resapan, sumbatan sampah dan atau tidak berfungsinya pompa banjir. 
  9. PASANG AIR LAUT Pada perkotaan yang terletak di dekat laut, banjir akan semakin parah jika terjadi bersama pasang air laut. Aliran sungai dan drainase tidak dapat mengalir karena tertahan air pasang. Misal : Banjir rob di Semarang.
  10. SUMBER DAYA MANUSIA, sering kali kurangnya kesadaran manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan Misal : Masyarakat membuang sampah dan merusak bangunan air disekitarnya.

Lalu, apa saja kah yang telah dibuat oleh Pemerintah untuk mengatasi banjir perkotaan. Singkatnya tentu penataan kota, normalisasi sunga, membuat dam tampungan saluran air, hingga ke sistem integrasi untuk water management. 

Sistem Integrasi Managemen Air atau Intergrated Water Resources Management (IWRM), sebuah kondisi dengan Pendekatan yang mengutamakan fungsi koordinasi dalam pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait, guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan kesejahateraan sosial, dalam pola yang tidak mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital (Global Water Partnership, 2000).

Tahapan Pengendalian Banjir Perkotaan. 

Tahapan Pertama : Pendekatan yang mengutamakan fungsi koordinasi dalam pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait, guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan kesejahateraan sosial, dalam pola yang tidak mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital (Global Water Partnership, 2000). 

Tahapan Kedua : Pengendalian banjir secara non infrastruktur (metode non-struktur) Permasalahan : kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah dan perusahaan membuang limbah Tujuan dari kegiatan ini adalahPenanganan sampah; Penambahan daerah resapan; Penanganan limbah ke sungai. 

Tahapan Ketiga : Pengendalian banjir dengan pembangunan infrastruktur (metode struktur) Permasalahan : penanganan dengan infrastruktur cenderung membutuhkan biaya yang besar, Contoh :  Pintu air raksasa muara sunggai Maas dan Rigin di kota Rotterdam;  Saluran pengendali Banjir besar di Kota Osaka, Jepang ; Pembangunan bendungan Sutami dan Terowongan.

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.

  • Capacity Building yang mencukupi : Menjadi kunci keberlanjutan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
  • Manajemen Sumber Daya Air : Harus dilakukan sampai ditingkat terbawah (Masyarakat sebagai user juga harus teredukasi).
  • Stakeholder : Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah, swasta). 
  • Perlakuan terhadap Air : Air harus diperlakukan sebagai sumber daya yang mempunyai nilai sosial dan ekonomi yang tinggi.

Penanganan Dengan Infrastruktur.

Pintu Air Raksasa Kota Rotterdam Tanggul laut di utara Amsterdam pintu air raksasa di sekitar muara sungai Maas dan Rijn Berfungsi untuk menahan pasang air laut dan menyediakan tampungan air tawar.

Penanganan Pengendali Banjir Besar di Jepang Membuat system cathedral/bendungan bawah tanah dengan monitoring khusus.

Penanganan Pengendali Banjir Besar di Indonesia Terowongan Niama untuk mereduksi debit Brantas ke laut, Waduk Sutami dan Banjir Kanal Barat di Semarang.
Normalisasi sungai perkotaan :

Masih banyak contoh penanganan banjir lainnya, dalam pelaksanaan hariannya masih sangat perlu ke depannya untuk membuat sistem terintegrasi tanpa batasan wilayah sungai atau terkotakkan siapa yang menangani permasalahan banjir perkotaan, apakah pemerintah daerah atau pemerintah pusat (melalui Kementrian PUPR). 


Implementasi IWRM :

Tujuan Utama : 

  1. Menekan beban aliran permukaan
  2. Meningkatkan kapasitas sungai serta saluran drainase perkotaan

Peran Pemerintah :

  1. Fasilitator : mendorong partisipasi masyarakat 
  2. Regulator : peraturan menata pengendalian banjir perkotaan
  3. Developer :  pembangunan infrastruktur fisik /non fisik berupa rencana tata ruang, rencana induk hingga rencana detail, kajian sosek, Kajian Larap dan dokumen lingkungan. 

Partisipasi Pemangku Kepentingan :

  1. Peran masyarakat didorong dalam penanganan sampah rumah tangga.
  2. Peningkatan daerah resapan air.
  3. Pengurangan daerah kedap air.

Faktor Keberhasilan Pengelolaan SDA 

Sumber Daya : Keterampilan dan sumber daya yang memadai untuk terlaksananya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air, termasuk dalam manajemen system pengelolaan air.

Dana : Keterampilan dan sumber daya yang memadai untuk terlaksananya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air, termasuk dalam manajemen system pengelolaan air.

Organisasi : Hubungan organisasi yang kooperatif harus dikembangkan sehingga baik individu/kelompok masyarakat dapat berpartisipasi dalam merencanakan dan pengelolaan air.

Proses : Proses yang efektif dan memadai dalam OP pengelolaan drainase dan sungai

Teknologi : Teknologi yang efisien agar pemnfaatan sumber daya bisa lebih efektif

Pemantauan : Sistem pemantauan, umpan balik dan evaluasi harus dikembangkan dan diperkuat.

Sehingga dalam penanganan banjir perkotaan ini perlu kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan serta peran aktif masyarakat dalam pengendalian sampah dan solusi pemanfaatan sampah sebagai pembangkit listrik seperti di BantarGebang dapat menjadi solusi ramah lingkungan guna memanfaatkan energi dari amoniak sampah di lokasi TPA Bantar Gebang. 

Semoga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan kita mengenai penanganan banjir perkotaan serta menambah kesadaran untuk mengurangi sampah demi terjaga dan melestarikan lingkungan juga mengurangi penyebab genangan air.


Source : Hydro Talk - Series 2 #Hathi dan Portal Berita lainnya.

Weshare : https://weshare.waskita.co.id/article/VkRMNw

Tidak ada komentar: