21 Februari 2022

Drainase Perkotaan ~ Part 1

 

Halo insan waskita, kali ini kita akan membahas tentang bagaimana menentukan bentuk drainase di lingkungan perkotaan. Tujuannya jelas sekali yah, untuk mengurangi banjir perkotaan atau genangan di jalan-jalan karena kurang terawatnya saluran air atau sistem drainasenya. 

Sering kali dijumpai genangan air padahal hujan hanya sebentar saja. Atau kita melewati air genangan akibat kurang terawatnya saluran drainase di lingkungan tersebut, padahal jalanan lainnya tidak ada genangan... pasti jengkel sekali yah, terganggu dan tidak nyaman.

Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat perdagangan, pusat produsen, sekaligus pusat konsumen. Di daerah perkotaan tinggal banyak manusia, banyak terdapat fasilitas umum, transportasi, komunikasi, dan sebagainya. Saluran drainase di daerah perkotaan menerima tidak hanya air hujan, tetapi juga air buangan (limbah) rumah tangga dan limbah pabrik. Hujan yang jatuh di wilayah perkotaan kemungkinan besar terkontaminasi manakala air itu memasuki dan melintasi atau berada pada lingkungan perkotaan tersebut.

Bukan hanya itu kurangnya kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pentingnya kebersihan drainase juga merupakan penyebab terjadinya permasalahan pada sistem drainase perkotaan. Permasalahan drainase ini disebabkan oleh seringnya terjadi banjir pada saat hujan deras, ditambah sampah yang menumpuk di dalam drainase yang mengakibatkan air tidak mengalir secara lancar dan menyebabkan banjir di kawasan tersebut.

Jalan merupakan Infrastruktur Transportasi yang sangat penting bagi kita. Melalui jalan, kita dapat berpindah maupun memindahkan barang, baik dengan jalan kaki maupun menggunakan kendaraan. Jalan juga menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan manusia, sistem jalan yang baik di suatu kawasan perkotaan, maupun antar kota dan provinsi sangatlah berkembang pesat. Dari segi jumlah ruas jalan, panjang, maupun teknologi konstruksinya. Keberadaan dan kegunaan suatu jalan dapat dimanfaatkan sepanjang umur yang telah direncanakan ataupun dirancang dengan memperhatikan beberapa aspek. Salah satu aspek penting konstruksi jalan raya yang menentukan unsur jalan tersebut sampai terjadinya kerusakan adalah bagaimana mencegah air tidak masuk ke dalam badan jalan apakah air yang berasal dari catchment area, air yang berasal dari air hujan ataupun air tanah.

Pentingnya kita memahami kebutuhan Drainase, adalah untuk melindungi kerusakan jalan dari pengaruh air. Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistim guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan jalan.

Mari kita pahami arti frase kata drainase. Drainase yang berasal dari bahasa inggris drainage yang mempunyai arti mengalirkan, membuang atau mengalihkan air. Menurut H. A Halim Hasmar (2011), drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari sebagai suatu tinndakan teknis untuk mengurangi kelebihan air dalam satu konteks pemanfaatan tertentu, baik yang berasal dari hujan, rembesan maupun yang lainnya di suatu kawasan, sehingga fungsi kawasan tidak terganggu.

Pengertian Drainase Menurut Ahli. Menurut Dr. Ir Suripin, M. Eng (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalirkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suaru daerah, serta cara– cara penanggulangan akibat ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Tujuan Drainase.

Tujuan Drainase adalah untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman, lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan. Dapat mengurangi genangan-genangan air yang menyebabkan bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain, seperti demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan kurang sehatnya lingkungan pemukiman.

Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain : jalan, kawasan pemukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.

Fungsi Drainase

Fungsi drainase adalah Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat. Mengalirkan kelebihan air permukaan badan air terdekat secepatnya agar tidak membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat juga infrastruktur perkotaan. 

Mengendalikan sebagiaan air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik. Meresapkan air permukaan serta untuk menjaga kelestarian air tanah.

Yang perlu diketahui tentang drainase ialah :

A. Menurut jenisnya

1. Drainase Alamiah (Natural Drainage) yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan bagunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong, dan lain-lain. Saluran air ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. Namun di perkotaan sudah sangat jarang ditemui jenis drainase ini.

2. Drainase Buatan (Artificial Drainage) dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu / beton, gorong-gorong, pipa pipa, dan sebagainya. Jenis drainase ini sering menjadi pilihan di perkotaan.

B. Menurut letak bangunan  

1. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage) adalah saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah berfungsi sebagai mengalirkan air yang berada di permukaan tanah ke saluran samping kiri kanan jalan untuk diteruskan ke tempat pembuangan akhir.

2. Drainase bawah permukaan tanah (Sub-Surface Drainage) adalah saluran drainase yang berada di bawah permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air yang berada di bawah permukaan tanah melalui gorong-gorong atau box culvert untuk dialirkan ke dalam pembuangan akhir melalui saluran kiri kanan jalan.

C. Menurut fungsi :

1. Single Purpose : Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau air jenis buangan yang lain seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain-lain

2. Multi Puspose : Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

D. Menurut Konstruksi :

1. Saluran Terbuka.
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.

2. Saluran Tertutup.
Yaitu saluran yang pada umunya sering dipakai untuk aliran air kotor (air yang mengganggu kesehatan/ lingkungan) atau untuk saluran yang terletak ditengah kota

Pola–Pola Drainase

Pembuatan saluran drainase disesuaikan dengan keadaan lahan dan lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam perencanaan drainase terdapat banyak pola drainase, yang antara lain :

a. Pola Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.





b. Pararel

Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.




c. Grid Iron

Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.



d. Alamiah

Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar, letak saluran utama ada di bagian terendah (lembah) dari suatu daerah (alam) yang secara efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada (saluran cabang), dimana saluran cabang dan saluran utama merupakan suatu saluran alamiah.

 

e. Radial

Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah. Suatu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa saluran cabang dari suatu titik menyebar ke segala arah (sesuai dengan kondisi topografi daerah).





Bentuk Saluran Drainase

Bentuk dari saluran–saluran dimensi drainase sama halnya dengan bentuk saluran irigasi, serta dalam perencanaan dimensi saluran harus diusahakan seekonomis mungkin.

Adapun bentuk saluran antara lain :

a. Trapesium

Pada umumnya saluran terbentuk trapesium terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup kemungkinan dibuat dari pasangan batu dan beton. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar.


b. Persegi

Biasanya saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar.


c. Segitiga

Saluran sangat jarang digunakan tetapi mungkin digunakan dalam kondisi tertentu

 




d. Setengah Lingkaran

Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran–saluran penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.

 


Akhir kata inilah pengertian drainase, tujuan drainase, fungsi drainase, jenis - jenis drainase, pola drainase dan bentuk saluran drainase yang sekaligus dilengkapi dengan contoh-contoh gambarnya, semoga bermanfaat untuk pengetahuan insan kita semuanya yah. Salam sehat selalu yah!

 

Sumber tulisan : Buku Drainase Terapan (HA. Halim, Hasmar, UII Press, Yogjakarta) , Website PUPR , dan artikel Teknik Sipil lainnya.

 

20 Mei 2021

Lestarikan Lingkungan dengan Biopori

 Artikel ini saya tulis untuk weshare.waskita.co.id dipublikasikan pada 18 May 2021.

Gambar : Lubang Biopori

Hallo Insan Waskita, Apakabar? Semoga sehat selalu yah, Ingat selalu Terapkan Prokes ditengah Masa Pandemik saat ini. Tentu diantara kita telah mendapatkan vaksin baik ke-1 maupun vaksin ke-2. Namun, setelah vaksin-pun kita tidak lantas menjadi kebal terhadap Virus Covid-19 yah Insan Waskita.... Tetap terapkan prosedur kesehatan dan keselamatan terhadap Virus Covid-19 ini. (Berikut link tentang vaksin : Artikel Vaksinasi di Bulan Ramadhan)

Selain itu isu yang sedang ramai diperbincangkan adalah problema banjir di perkotaan, terutama di Perumahaan, kok bisa ya unit terkecil dari perkotaan ini terkena dampak genangan air. Apakah penyebabnya? Genangan pada cluster perumahaan ini sebenarnya dapat kita antisipasi dengan membuat polder , bosem di taman perumahaan , tampungan air bawah tanah atau salah satu yang dapat kita buat adalah sumur resapan dan biopori untuk lahan yang tidak luas. Mengapa Kita menyarankan untuk Sumur Resapan dan Biopori di perumahaan ? Karena cara sederhana tersebut dapat kita buat sendiri dirumah dengan alat sederhana juga. Nah kali ini kita akan membahas "Biopori". 

Apakah "Biopori" itu ?

Biopori adalah teknologi alternatif dan sederhana untuk penyerapan air hujan selain dengan sumur resapan. Istilah keren untuk biopori adalah istana cacing, walaupun sebenarnya penghuni biopori bukan hanya cacing. Selain untuk resapan air, biopori juga berguna sebagai pengolah sampah rumah tangga yang dapat diterapkan di lahan pemukiman perkotaan yg sempit. Bahkan pembuatannya pun sederhana dengan lubang resapan biopori merupakan lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah. Lubang ini memiliki diameter antara 10-30 cm dan tidak memiliki muka air tanah dangkal. Lubang tersebut kemudian diisi dengan sampah organik yang memiliki fungsi sebagai makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan.

Manfaat Biopori

Pembuatan biopori juga memiliki tujuan agar kita memperoleh manfaat. Berikut ini ada empat manfaat yang kita dapatkan jika membuat lubang resapan biopori di halaman rumah.

1. Mengurangi Sampah Organik

Pembuatan lubang resapan biopori dapat mengurangi sampah organik dari rumah kita ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Karena, ketika kita membuat lubang, salah satu proses yang harus dilakukan adalah memasukkan sampah organik.

Selain mengurangi sampah organik yang akan dibuang ke TPA, pembuatan biopori juga akan membuat masyarakat biasa memilah antara sampah organik dan anorganik.

2. Menyuburkan Tanah

Ketika kita memasukkan sampah organik ke dalam lubang, akan terjadi proses biologis yang akan menjadikan sampah tersebut menjadi pupuk kompos. Dengan terbentuknya pupuk kompos di dalam lubang, tentu akan membuat tanah menjadi lebih subur.

3. Membantu Mencegah Terjadinya Banjir

Saat ini, banjir sering terjadi entah itu di kota atau di kampung, dan salah satu penyebabnya adalah sistem drainase yang tidak baik. Biasanya di daerah padat penduduk drainasenya buruk karena kurangnya daya serap air oleh tanah.

Dengan membuat lubang resapan biopori, dapat membantu air untuk segera masuk ke dalam tanah. Selain itu, sampah organik yang ada di dalam lubang merupakan makanan dari cacing tanah.

Cacing yang masuk ke dalam lubang akan membuat terowongan-terowongan kecil di dalam tanah ketika menuju ke lubang yang berisi sampah organik. Hal ini tentu akan membuat air lebih cepat meresap ke dalam tanah.

4. Mempengaruhi Jumlah Air Tanah

Terowongan-terowongan kecil yang dibuat oleh cacing tanah akan meningkatkan luas permukaan tanah. Hal ini tentu akan membuat kapasitas tanah untuk menampung air menjadi meningkat. Bahkan, lubang resapan biopori ini mampu meningkatkan luas bidang resapan menjadi 40 kali lipat.

Lokasi Pembuatan Biopori

Pembuatan biopori sebaiknya dilakukan pada area terbuka yang akan terkena air hujan. Kita bisa membuatnya di halaman rumah, sekitar pepohonan, sekitar tempat parkir, dan tempat terbuka lainnya.

Cara Membuat Biopori

Berikut ini akan dijelaskan mengenai bagaimana kita membuat biopori. Mulai dari alat dan bahan yang dibutuhkan, sampai langkah-langkah pembuatannya.

Alat Dan Bahan :

1. Bor Tanah







2. Pipa PVC dan penutup yang sudah dilubangi 






3. Sampah Organik dan Air







Gambar tampak atas lubang biopori.

Langkah-Langkah Membuat Biopori :

1.   Sebelum mulai membuat biopori, terlebih dahulu tentukan lokasi yang akan dijadikan tempat pembuatan.

2.   Setelah ditentukan tempatnya, siram tanah yang akan dijadikan sebagai tempat pembuatan biopori dengan air agar tanah menjadi lebih lunak dan mudah untuk dilubangi.

3.   Lubangi tanah dengan menggunakan bor tanah, usahakan buat yang tegak lurus.

4.   Buat lubang dengan kedalaman kurang lebih 1 meter dengan diameter 10-30 cm.

5.   Setelah itu, lapisi lubang menggunakan pipa PVC yang ukurannya sama dengan diameter lubang.

6.   Kemudian, isi lubang dengan sampah organik seperti daun, rumput, kulit buah-buahan, dan sampah yang berasal dari tanaman lainnya.

7.   Setelah itu tutup lubang menggunakan kawat besi, atau bisa juga memakai tutup pipa PVC yang sudah dilubangi terlebih dahulu.

Gambar langkah pembuatan lubang biopori.

Perawatan Biopori

Lubang resapan biopori ini juga harus kita rawat agar tetap terjaga kualitasnya dan dapat berfungsi dengan baik. Kita perlu melakukan beberapa hal berikut untuk merawat lubang biopori :

  • Kita dapat mengisi lubang biopori dengan sampah organik secara bertahap setiap lima hari sekali sampai lubang terisi penuh dengan sampah.
  • Lubang resapan biopori yang sudah terisi penuh dengan sampah dapat kita biarkan selama tiga bulan agar sampah tersebut nantinya menjadi kompos.
  • Setelah tiga bulan, angkat kompos yang sudah jadi dari lubang biopori, dan lubang siap diisi kembali dengan sampah yang baru. Kompos pun siap digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di halaman rumah.

Mudah bukan cara membuat biopori, insan Waskita ? Yuk kita lestarikan lingkungan kita dengan langkah kecil ini, kita mulai dari DIRI SENDIRI dan mulai dari RUMAH KITA.... Selamat Mencoba! 

 

Source : Biopori - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas , zerowaste.id , sda.pu.go.id , dan beberapa artikel lainnya yang terkait.

 

18 Mei 2021

Mengendalikan Banjir Perkotaan (Part 1)

 Kerap terjadi banjir di perkotaan, membuat kita bertanya-tanya, apakah penyebabnya, mengapa belum juga teratasi padahal telah terpola bahwa hampir selalu muncul banjir 5 tahunan, 10 ataupun 20 tahunan. Studi tentang drainase telah banyak dan bermunculan sejak lama bahkan jurnal dan studi kasus bermunculan. Namun masalah masih berulang. Banjir atau genangan akibat curah hujan yang tinggi kerap muncul pada perkotaan, bahkan beberapa kota di Timur Indonesia (NTT,red) mengalami banjir karena Badai tropis seroja, Kelembaban udara, dan Kecepatan angin. 

Penyebab-Penyebab Banjir di Indonesia :

  1. Musim Penghujan : Indonesia memiliki dua musim, dimana musim penghujan beberapa tahun ini cukup panjang menjadikan beberapa daerah rutin terjadi banjir.
  2. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi, menjadi momok tersendiri Contoh : Prakiraan Curah Hujan Musim Kemarau di Jawa Timur lebih dari 80% di musim penghujan (bulan Oktober 2019-April 2020). Dengan rerata curah hujan tahunan 2000 mm. (BMKG, 2020)
  3. Penanganan banjir yang dilakukan masih secara sporadis dan lebih mengarah pada penanganan teknis infrastruktur daripada non-infrastruktur.
  4. Kelembaban Udara dan Cuaca ekstrim, kerap terjadi pada 10 tahun terakhir di Indonesia. 
  5. KAPASITAS SUNGAI/DRAINASE. Kapasitas Pengaliran Sungai dan Drainase Lingkungan tidak memadai.
  6. DAERAH TANGKAPAN AIR daerah tangkapan air yang berupa daerah permukiman dan perkotaan.
  7. ALIRAN TERHAMBAT, tidak lancarnya aliran drainase lingkungan dan drainase utama ke sungai karena sampah/sedimentasi.
  8. INTENSITAS HUJAN, intensitas hujan tinggi menyebabkan naiknya jumlah aliran permukaan akibat meningkatnya luasan daerah kedap air serta berkurangnya daerah resapan, sumbatan sampah dan atau tidak berfungsinya pompa banjir. 
  9. PASANG AIR LAUT Pada perkotaan yang terletak di dekat laut, banjir akan semakin parah jika terjadi bersama pasang air laut. Aliran sungai dan drainase tidak dapat mengalir karena tertahan air pasang. Misal : Banjir rob di Semarang.
  10. SUMBER DAYA MANUSIA, sering kali kurangnya kesadaran manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan Misal : Masyarakat membuang sampah dan merusak bangunan air disekitarnya.

Lalu, apa saja kah yang telah dibuat oleh Pemerintah untuk mengatasi banjir perkotaan. Singkatnya tentu penataan kota, normalisasi sunga, membuat dam tampungan saluran air, hingga ke sistem integrasi untuk water management. 

Sistem Integrasi Managemen Air atau Intergrated Water Resources Management (IWRM), sebuah kondisi dengan Pendekatan yang mengutamakan fungsi koordinasi dalam pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait, guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan kesejahateraan sosial, dalam pola yang tidak mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital (Global Water Partnership, 2000).

Tahapan Pengendalian Banjir Perkotaan. 

Tahapan Pertama : Pendekatan yang mengutamakan fungsi koordinasi dalam pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait, guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan kesejahateraan sosial, dalam pola yang tidak mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital (Global Water Partnership, 2000). 

Tahapan Kedua : Pengendalian banjir secara non infrastruktur (metode non-struktur) Permasalahan : kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah dan perusahaan membuang limbah Tujuan dari kegiatan ini adalahPenanganan sampah; Penambahan daerah resapan; Penanganan limbah ke sungai. 

Tahapan Ketiga : Pengendalian banjir dengan pembangunan infrastruktur (metode struktur) Permasalahan : penanganan dengan infrastruktur cenderung membutuhkan biaya yang besar, Contoh :  Pintu air raksasa muara sunggai Maas dan Rigin di kota Rotterdam;  Saluran pengendali Banjir besar di Kota Osaka, Jepang ; Pembangunan bendungan Sutami dan Terowongan.

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.

  • Capacity Building yang mencukupi : Menjadi kunci keberlanjutan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
  • Manajemen Sumber Daya Air : Harus dilakukan sampai ditingkat terbawah (Masyarakat sebagai user juga harus teredukasi).
  • Stakeholder : Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah, swasta). 
  • Perlakuan terhadap Air : Air harus diperlakukan sebagai sumber daya yang mempunyai nilai sosial dan ekonomi yang tinggi.

Penanganan Dengan Infrastruktur.

Pintu Air Raksasa Kota Rotterdam Tanggul laut di utara Amsterdam pintu air raksasa di sekitar muara sungai Maas dan Rijn Berfungsi untuk menahan pasang air laut dan menyediakan tampungan air tawar.

Penanganan Pengendali Banjir Besar di Jepang Membuat system cathedral/bendungan bawah tanah dengan monitoring khusus.

Penanganan Pengendali Banjir Besar di Indonesia Terowongan Niama untuk mereduksi debit Brantas ke laut, Waduk Sutami dan Banjir Kanal Barat di Semarang.
Normalisasi sungai perkotaan :

Masih banyak contoh penanganan banjir lainnya, dalam pelaksanaan hariannya masih sangat perlu ke depannya untuk membuat sistem terintegrasi tanpa batasan wilayah sungai atau terkotakkan siapa yang menangani permasalahan banjir perkotaan, apakah pemerintah daerah atau pemerintah pusat (melalui Kementrian PUPR). 


Implementasi IWRM :

Tujuan Utama : 

  1. Menekan beban aliran permukaan
  2. Meningkatkan kapasitas sungai serta saluran drainase perkotaan

Peran Pemerintah :

  1. Fasilitator : mendorong partisipasi masyarakat 
  2. Regulator : peraturan menata pengendalian banjir perkotaan
  3. Developer :  pembangunan infrastruktur fisik /non fisik berupa rencana tata ruang, rencana induk hingga rencana detail, kajian sosek, Kajian Larap dan dokumen lingkungan. 

Partisipasi Pemangku Kepentingan :

  1. Peran masyarakat didorong dalam penanganan sampah rumah tangga.
  2. Peningkatan daerah resapan air.
  3. Pengurangan daerah kedap air.

Faktor Keberhasilan Pengelolaan SDA 

Sumber Daya : Keterampilan dan sumber daya yang memadai untuk terlaksananya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air, termasuk dalam manajemen system pengelolaan air.

Dana : Keterampilan dan sumber daya yang memadai untuk terlaksananya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air, termasuk dalam manajemen system pengelolaan air.

Organisasi : Hubungan organisasi yang kooperatif harus dikembangkan sehingga baik individu/kelompok masyarakat dapat berpartisipasi dalam merencanakan dan pengelolaan air.

Proses : Proses yang efektif dan memadai dalam OP pengelolaan drainase dan sungai

Teknologi : Teknologi yang efisien agar pemnfaatan sumber daya bisa lebih efektif

Pemantauan : Sistem pemantauan, umpan balik dan evaluasi harus dikembangkan dan diperkuat.

Sehingga dalam penanganan banjir perkotaan ini perlu kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan serta peran aktif masyarakat dalam pengendalian sampah dan solusi pemanfaatan sampah sebagai pembangkit listrik seperti di BantarGebang dapat menjadi solusi ramah lingkungan guna memanfaatkan energi dari amoniak sampah di lokasi TPA Bantar Gebang. 

Semoga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan kita mengenai penanganan banjir perkotaan serta menambah kesadaran untuk mengurangi sampah demi terjaga dan melestarikan lingkungan juga mengurangi penyebab genangan air.


Source : Hydro Talk - Series 2 #Hathi dan Portal Berita lainnya.

Weshare : https://weshare.waskita.co.id/article/VkRMNw